oleh Ianatul Khusnah (Bu Iik)
Pengajar di SLBC Negeri Denpasar
Prevalensi anak
berkebutuhan khusus dewasa ini terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh banyak
faktor . Baik disebabkan pada saat pre
natal, natal dan post natal. Menilik pemahaman tentang anak berkebutuhan khusus
itu sendiri “Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan ketidak mampuan pada mental, fisik atau emosi”. Karenanya mereka membutuhkan penanganan secara khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi anak.
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan ketidak mampuan pada mental, fisik atau emosi”. Karenanya mereka membutuhkan penanganan secara khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi anak.
Pada kesempatan
kali ini penulis akan shear mengenai anak yang mengalami masalah keterlambatan
mental atau sesuai dengan kekhususannya disebut dengan SLB bagian C (tunagrahita).
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi di bawah rata-rata dan
disertai dengan ketidak mampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Klasifikasi
tunagrahita berdasarkan pada tingkat IQ
· Tunagrahita ringan (IQ 51-70)
·
Tunagrahita sedang (IQ 36-51)
·
Tunagrahita berat (IQ 20-35)
·
Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20)
![]() |
source : https://lampukecildotcom.files.wordpress.com |
Pembelajaran anak anak tunagrahita tentunya
disesuaikan dari masing-masing karaktaeristik anak baik visual, audio, visual
audio maupun kinestetik. Mengingat setiap anak memiliki karakteristik berbeda.
Namun yang mutlak dilakukan adalah mengemas sajian materi konkrit dan
sederhana. Dan memilih materi yang berguna dalam kehidupannya sehari-hari. Anak tunagrahita pada umumnya mengalami
beberapa masalah, seperti : motorik,
bahasa dan komunikasi, persepsi dan emosi. Motorik anak kecenderungan
lemah atau sebaliknya. Bahasa mereka baik reseptif maupun ekspresif mengalami
keterbatasan, komunikasi secara ujaran kurang jelas secara pelafalan ataupun
makna. Emosi anak sulit terkendali karena pemahaman terhadap lingkungan sekitar
dan persepsi mengolah informasi yang minim.
Dari ruang lingkup SLB C yang ditemukan saat
ini anak-anak yang masuk dalam kategori anak tunagrahita selain dari yang sudah
dijelaskan di atas antara lain adalah: Retardasi Mental, Boderline, ADD, Down
Syndrom.
1. Retardasi mental atau yang disebut dengan keterbelakangan mental.
Kecenderungan
anak mengalami masalah pada emosi dan mental, usia mental anak mengalami
kemunduran dari usia kronologisnya.
2. Boderline.
Mengalami
kesulitan dalam mengendalikan emosi yang mereka miliki, DSM IV-TR, manual
banyak digunakan untuk mendiagnosis gangguan mental , gangguan kepribadian
borderline mendefinisikan (di Axis II Cluster B ) sebagai:
Sebuah
pola meresap ketidakstabilan hubungan interpersonal , citra diri dan mempengaruhi
emosi serta ditandai impulsif , dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam
berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai
berikut: mudah panik, pola yang tidak stabil dan intens hubungan interpersonal,
gangguan identitas ganggua, tidak stabil
citra diri atau kesadaran diri, Impulsif, ketidakstabilan suasana hai,
kesulitan mengendalikan marah (misalnya, menampilkan sering marah, kemarahan
yang konstan, perkelahian fisik berulang).
3. ADD (Attention defisit disorder).
ADD
ini biasa disebut dengan gangguan konsentrasi, dimana anak mengalami gangguan
sensori sistem susunan saraf pusat sehingga informasi yang masuk tumpang
tindih. Hal ini menyebabkan anak susah menerima informasi terlebih yang
bersifat audio. Hal inilah yang menampakkan seolah olah anak lemah secara
intelegensi padahal sebenarnya tidak.
4. Down syndrom.
Adalah
adanya gangguan mental, emosi , prilaku dan intelegensi. Down syndrom
dikarenakan pembelahan kromosom yang tidak sempuna. Sehingga mood anak mudah
berubah itulah yang menimbulkan adanya gangguan pada prilakunya.